Sabtu, 10 Desember 2011

Yang Kita Tahu (SIVIEL)

Hari ini hari yang baik untuk berpikir. Gabriel duduk di
bangku taman, menelungkupkan kedua telapak
tangannya yang saling menindih. Ia sedang
menunggu seseorang. Masih banyak waktu untuk
berpikir. Ia menunggu dengan tenang, tidak cemas
atau bosan seperti kebanyakan orang. Ia menikmati waktu yang dimilikinya. Yang ditungguinya adalah orang yang istimewa,
tetapi bukan “istimewa” yang dimaksud remaja
jaman sekarang, tapi istimewa apa adanya.
Ingatkah
kamu tentang teman masa kecilmu, yang selalu
menungguimu jika kamu terlambat, memberikanmu
sepotong kuenya walaupun ia sendiri lapar, ataupun membantumu bangkit ketika terjatuh dari sepeda,
semua ia lakukan dengan tulus, polos, atas nama
persahabatan.
Sivia adalah teman yang istimewa itu. Sudah empat tahun mereka mengenal, dan dua tahun
mereka berkawan. Mereka saling mengenal dari
teman Iel yang berteman dengan seeseorang yang
berteman dengan seseorang yang mengenal (?) teman
Via. Pendeknya, mereka sudah menyadari eksistensi
satu sama lain sejak lama oleh jaringan pertemanan. Hanya ketika kelas 1 SMA mereka sekelas, sehingga
menjadi lebih akrab, sampai sekarang. Secara teoritis, mereka memang seharusnya cocok.


Iel dan Via sama-sama menyukai komik-komik
Eropa, gemar bersepeda di sore hari, dan berminat
pada pelajaran Geografi. Dan memang, kenyataannya
mereka sangat nyambung jika bercakap-cakap, bisa
sampai berjam-jam mengobrolkan apa saja, padahal di sekolah mereka termasuk golongan orang-orang
yang irit bicara. Keakraban mereka tampak dari
seringnya mereka terlihat bersama. Via sering tampak membawakan minuman dan
handuk setiap Iel bertanding basket, dan iel pun
sesekali kelihatan mengantarkan via pulang jika
sudah kemalaman belajar kelompok. Begitulah
gambaran persahabatan mereka selama dua tahun
terakhir. Singkatnya, mereka mengalami persahabatan yang
ideal, dan mereka bahagia dengan itu.

Itu yang kita tahu. Sementara itu, kembali ke taman, orang yang
ditunggu telah datang, tepat waktu seperti biasa.via
tidak seperti kebanyakan teman-teman perempuan
yang iel kenal, yang manja, keras kepala, dan
kekanak-kanakan, dan itulah yang membuat via istimewa di mata iel. iel tak pernah cemas ketika berada di dekat via, Ia akan menumpahkan segala
keluh-kesahnya tanpa beban. Dan viapun
mendengarkan dengan sabar, tak akan beranjak
pergi sebelum iel selesai bercerita, walaupun
waktu sudah melewati batas ”wajar”.

Apakah mereka ……? Tidak! Itu belum cukup sebagai
bukti.
Bukannya mereka belum pernah mengalami sesuatu
yang melebihi ini. iel pernah merasakannya pada
masa lalu. Ketika itu, yang ia rasakan adalah hatinya
menggelora, degup jantungnya dipercepat, dan ia begitu bertenaga, seolah-olah dapat menghancurkan
dunia demi pujaannya. iel memandang via yang berada di sampingnya.
Mata cokelat via yang mungil mengintip dibalik poni
yang menutupi sebagian atas wajahnya. Ketika itu,
degup jantungnya pelan, hatinya tenang dan sejuk,
seperti ada lapisan es tipis yang menyelubungi
kegalauan hatinya, dan ia merasa lemah dan rapuh. Dari reaksi perasaan yang berbeda, iel kesulitan
mengambil kesimpulan.
iel dan via bersahabat, dan itu yang Ia ketahui. Sambil meluruskan urusannya, iel melihat-lihat
sekitar taman. Ke arah manapun ia memandang,
selalu ada pasangan remaja yang sibuk sendiri,
seolah-olah sudah putus koneksi dengan realita,
seolah-olah mereka berada di dunia ciptaan sendiri.
Lalu pandangannya kembali ke perempuan yang berada di sampingnya. via, sahabatnya. Tetapi
mengapa mereka ada di sana? iel teringat percakapannya dengan Alvin, yang
mempunyai banyak pasangan yang selalu berganti-
ganti secara periodik.

”Alvin, kapankah kita yakin bahwa diantara
seseorang dan seseorang terjadi sesuatu yang lebih
dari sekedar persahabatan?”
”Itu tergantung dari mereka sendiri, seberapa kuat
mereka menginginkannya. Tapi itu sebenarnya tidak
menjadi masalah.”

Iya, bagi seseorang sekaliber Alvin, itu tidak
masalah. Tetapi bagi seseorang yang canggung dan
peka seperti iel, itu menjadi masalah.

iel mengambil nafas dalam. Ini kesekian kalinya ia
menghadapi situasi seperti ini. Seringkali ia merusak
persahabatan yang susah payah dibangun, yang
seharusnya dapat bertahan hingga masa jauh ke
depan, hanya karena ia menginginkan suatu yang
lebih, namun pihak yang lain belum siap untuk menerimanya, dan akhirnya masing-masing kecewa.
Karena itulah iel sering kehilangan teman. Tetapi Ia tidak ingin ini terjadi dengan via. Ia sadar
sepenuhnya bahwa mungkin akan susah untuk
menemukan seseorang seperti via lagi di dalam
hidupnya, dan ia tidak rela melepas via seandainya
via memilih orang lain, tetapi ia tidak ingin mengambil
resiko, ia tidak ingin menanggung kekecewaan seperti masa lalu. Ah, hati iel kembali bergejolak ketika kembali
melihat pasangan-pasangan di taman. Ia merasa
galau. Apa salahnya jika Ia ingin yakin? Yakin dengan
dirinya, yakin dengan via, dan segala sesuatu di
antara mereka.
Tetapi bukankah via yang mengajaknya bertemu di sini? Bukankah Ia sadar bahwa sore hari di taman
adalah waktu untuk pasangan-pasangan?
”via!”

”Apa?”
Nafas Iel tercekat. Keringat dingin bercucuran.

”Hmm…………………….tidak jadi.”
Mungkin, sebaiknya kali ini iel merelakannya.
Mungkin, mereka tidak sedang jatuh hati. Tetapi itu kan yang kita tahu.


SUMBER---> http://www.facebook.com/profile.php?id=100002201550151&sk=wall

1 komentar:

  1. dikit banget yaa ini.. kurang panjang sis.. terus couple nya jadinya siapa?



    Numpang promo, jangan lupa juga untuk berkunjung ke blog gue.
    obat kista tradisional.
    obat pelangsing herbal.
    thanks before sis..

    BalasHapus